

DXP Dolok Sinumbah

sumber:http://ipard.com
Posted by Pebisnis Sejati in Lembaga Riset Penelitian Indonesia, pebisnis-sejati
Posted by Pebisnis Sejati in Mutu Kelapa Sawit di Medan, pebisnis-sejati
Posted by Pebisnis Sejati in Apakah Anda telah merasa cukup sukses dalam hidup ini ?, pebisnis-sejati
Posted by Pebisnis Sejati in pebisnis-sejati, Wujudkan Mimpi Jadi Kenyataan
Posted by Pebisnis Sejati in Jurus “Sabun” yang Membesarkan Unilever, pebisnis-sejati
Disiplin diri merupakan hal penting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter seseorang. Sebab karakter mengandung pengertian: (1) Suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif; (2) Reputasi seseorang; dan (3) Seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian yang eksentrik.
Akar kata karakter dapat dilacak dari kata Latin kharakter, kharassein, dan kharax, yang maknanya “tools for marking”, “to engrave”, dan “pointed stake”. Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Perancis caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga ‘berbentuk’ unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau ‘berkarakter’ tercela).
Tentang proses pembentukkan karakter ini dapat disebutkan sebuah nama besar : Helen Keller (1880-1968). Wanita luar biasa ini––ia menjadi buta dan tuli di usia 19 bulan, namun berkat bantuan keluarganya dan bimbingan Annie Sullivan (yang juga buta dan setelah melewati serangkaian operasi akhirnya dapat melihat secara terbatas) kemudian menjadi manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College di tahun 1904–– pernah berkata: “Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved”. Kalimat itu boleh jadi merangkum sejarah hidupnya yang sangat inspirasional. Lewat perjuangan panjang dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi salah seorang pahlawan besar dalam sejarah Amerika yang mendapatkan berbagai penghargaan di tingkat nasional dan internasional atas prestasi dan pengabdiannya (lihat homepage www.hki.org). Helen Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji). Dan sejarah hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter itu memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika atau instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang.
Selanjutnya, tentang nilai atau makna pentingnya karakter bagi kehidupan manusia dewasa ini dapat dikutip pernyataan seorang Hakim Agung di Amerika, Antonin Scalia, yang pernah mengatakan: “Bear in mind that brains and learning, like muscle and physical skills, are articles of commerce. They are bought and sold. You can hire them by the year or by the hour. The only thing in the world NOT FOR SALE IS CHARACTER. And if that does not govern and direct your brains and learning, they will do you and the world more harm than good”. Scalia menunjukkan dengan tepat bagaimana karakter harus menjadi fondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan (brains and learning). Sebab kecerdasan dan pengetahuan (termasuk informasi) itu sendiri memang dapat diperjualbelikan. Dan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa di era knowledge economy abad ke-21 ini knowledge is power.
Masalahnya, bila orang-orang yang dikenal cerdas dan berpengetahuan tidak menunjukkan karakter (terpuji), maka tak diragukan lagi bahwa dunia akan menjadi lebih dan semakin buruk. Dengan kata lain ungkapan knowledge is power akan menjadi lebih sempurna jika ditambahkan menjadi––meminjam sebuah iklan yang pernah muncul di Harian Kompas–– knowledge is power, but character is more.
Sebagian kita adalah pemimpin bagi sebagian yang lain.
Jika Kita punya satu orang anggota saja, maka Kita adalah seorang pemimpin.
Dalam bukunya yang amat terkenal, Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam Diri Anda, John C. Maxwell berkata, “Mengubah pemimpin berarti mengubah organisasi. Menumbuhkan pemimpin, menumbuhkan organisasi.”
Artinya? Perusahaan atau organisasi tidak akan berubah dan tidak akan berjalan ke arah yang dicita-citakan, apabila para pemimpinnya sendiri, di bagian apa pun, tidak berubah dan tidak tumbuh. Sebuah organisasi tidak bisa tumbuh di luar sampai para pemimpinnya sendiri tumbuh di dalam.
Jika seluruh unit kepemimpinan berubah secara positif, maka pertumbuhan organisasi atau perusahaan akan terjadi secara otomatis. Pemimpin yang lemah sama dengan organisasi yang lemah. Pemimpin yang kuat sama dengan organisasi yang kuat. Segala-galanya akan naik atau turun, sesuai dengan kekuatan kepemimpinan.
Kita mungkin juga bisa sepakat bahwa perbedaan antara perusahaan yang baik dengan perusahaan yang hebat juga adalah kepemimpinan. Apakah Anda bersedia jadi pemimpin yang hebat?
Syaratnya, mau berubah! Apa ada pemimpin yang menolak perubahan? Banyak…! Perlawanan terhadap perubahan adalah sesuatu yang universal sifatnya, menyerang semua kelas dan budaya. Sekalipun sudah ditunjukkan berbagai fakta kebenaran dan bukti nyata, tetap saja banyak pemimpin yang tidak mau mengubah sikap dan pikirannya.
Maxwell mengambil sebuah kisah yang amat menarik tentang Henry Ford yang gagal memimpin dunia otomotif lantaran ia tidak mau berubah, seperti yang dilukiskan dalam biografi Robert Lacy yang laris, Ford: The Man and the Machine. Lacy mengatakan Ford adalah orang yang begitu mencintai mobil model T yang diciptakannya sehingga ia tidak mau mengubah satu baut pun pada mobil itu. Dia bahkan mendepak William Knudsen, karena Knudsen berpikir dia melihat kemerosotan Model T.
Itu terjadi tahun 1912, ketika Model T baru berumur empat tahun dan sedang berada di puncak popularitasnya. Saat itu Ford baru saja kembali dari perjalanan pesiar di Eropa, dan dia pergi ke garasi Highland Park, Michigan, dan melihat rancangan baru yang diciptakan Knudsen.
Para montir yang ada di sana mencatat bagaimana Ford sesaat menjadi mata gelap. Dia memandangi kilatan cat merah pada versi Model T yang rendah yang dianggapnya sebagai versi yang buruk dari rancangan Model T yang disayanginya. “Ford memasukkan tangan ke dalam sakunya, dan dia berjalan mengelilingi mobil tiga atau empat kali,” kata para saksi mata menceritakan. “Itu adalah mobil empat pintu, dan atapnya diturunkan. Akhirnya, dia pergi ke sisi kiri mobil, dan dia mengeluarkan tangannya, memegang pintu, dan gubrak! Dia merenggutkan pintu sampai copot! … Bagaimana orang itu melakukannya, saya tidak tahu! Dia melompat masuk, dan gubrak! Copot pula pintu lainnya. Hancurlah kaca depan. Dia melompat ke jok belakang dan mulai memukuli atap. Dia merobek atap dengan tumit sepatunya. Dia menghancurkan mobil sebisa-bisanya.”
Knudsen keluar dan pergi ke General Motors. Henry Ford terus memelihara Model T. Tetapi perubahan desain dalam model pesaing membuatnya menjadi lebih kuno daripada yang diakuinya. Kendati General Motor mengancam akan mendahului Ford, sang pencipta tetap menginginkan kehidupan membeku di tempatnya.
Anda tentu merasa senang jika ada seseorang atau kerabat dekat yang meminta nasihat pada Anda, terlebih lagi nasihat itu ternyata membawa efek positif pada orang yang meminta nasihat. Tapi sadarkah kita, bahwa ada banyak situasi yang di dalamnya tidak bijaksana jika kita memberikan nasihat?
Jika Anda seorang guru, sebaiknya Anda memberikan nasihat pada murid yang bertanya mengenai hal-hal yang akan dihadapi si murid dalam menghadapi ujian. Atau Anda berprofesi sebagai dokter, tentu Anda akan memberikan nasihat kepada pasien demi kesehatannya. Juga bila Anda seorang manajer yang mengetahui ada seseorang atau beberapa bawahan melakukan tindakan yang berdampak negatif, maka Anda bertanggung jawab untuk memberikan nasihat. Hal ini merupakan contoh dari banyaknya situasi di mana Anda sebaiknya memberikan nasihat.
Tapi kita sering menemui banyak situasi di mana sebaiknya kita tidak memberikan nasihat, karena justru nasihat itu tidak akan berdampak positif, apalagi jika yang meminta nasihat adalah “orang-orang dekat” kita. Karena ada tiga pandangan penting yang wajib kita sadari sebelum memberikan nasihat. Ketiga hal tersebut adalah:
Pertama, nasihat yang Anda berikan bisa jadi cocok dengan diri Anda, tetapi tidak untuk orang lain, sehingga orang lain boleh saja menolak, mungkin menerima tapi tidak akan dilaksanakan atau orang tersebut tidak mampu melaksanakan nasihat yang Anda berikan. Intinya orang tersebut akan merasa tidak enak, karena setelah berbicara dan meminta nasihat Anda, ternyata dia menolak nasihat Anda.
Kedua, nasihat Anda diterima dan dijalankan bahkan menuai sukses. Anda tentu merasa senang, tetapi hal ini juga berbahaya. Orang tersebut akan mempercayai dan menganggap Anda orang pintar atau bijak dan pantas dijadikan sebagai tempat mengonsultasikan segala masalah. Ini berarti Anda telah menghilangkan rasa percaya diri orang tersebut untuk membuat keputusan berdasarkan kemampuan diri sendiri. Di samping itu Anda juga akan kehilangan banyak waktu, karena di setiap saat banyak digunakan untuk meladeni orang tersebut.
Ketiga, nasihat Anda dijalankan namun menuai hasil negatif, mungkin hal ini akan membuat orang tersebut marah pada Anda. Lebih berbahaya lagi jika orang ini menyebarkan berita mengenai alasannya terpuruk gagal karena menjalankan nasihat yang Anda berikan.
Kenali batas kemampuan diri Anda
Sebaiknya kita sadar, bahwa orang yang meminta nasihat dikarenakan mereka memercayai kita. Jadi sudah sepatutnya kita mewaspadai, jangan sampai nasihat yang kita berikan akan berdampak buruk, terutama hilangnya kepercayaan dari orang yang meminta nasihat, di mana notabene adalah orang-orang yang dekat bahkan mungkin dia adalah sahabat kita.
Disarankan agar Anda segera meresponnya dengan menjelaskan apa yang baik, bukan baik bagi Anda. Mungkin Anda pernah menjumpai situasi di mana seseorang meminta nasihat Anda dengan mengatakan, “Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan? Jika Anda jadi saya, apa yang akan Anda lakukan?” Anda bisa menjawabnya, contoh:
“Menurut saya, yang terpenting lakukanlah apa yang baik bagimu, dan sekarang mungkin kamu punya beberapa alternatif solusinya?” Tetapi kalau dalam pemberian nasehat saya sarankan supaya objektif. Anda harus bisa memberikan nasehat. Sebab jika anda tidak bisa memberi nasehat gimana nanti anda memanage kerajaan bisnis Anda. Tetapi anda juga harus siap untuk dikritik.
Kalau kita sudah dapat menasehati orang lain, maka kita harus bisa dinasehati oleh orang lain juga. Take and give informasi gitu lho. Memang paling gampang untuk menasehati orang lain. Tapi untuk menasehati diri sendiri itu sulit. Ok...Wujudkan impian Anda jadi kenyataan.
Posted by Pebisnis Sejati in Kepribadian Seorang Entrepreneur, pebisnis-sejati
1. The Improver
Posted by Pebisnis Sejati in Cerita-cerita, konsep bisnis, pebisnis-sejati, tips-tips
Selamat Datang di website saya ini. Disini saya akan bercerita tentang kerajaan bisnis saya. Yang telah saya rancang dan jalankan sehingga bisnis saya berjalan tetap langgeng sampai sekarang ini. Ditengah gonjang-ganjeng krisis ekonomi sekarang ini.