Berani dalam berbisnis  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

Dalam berbisnis mutlak diperlukan keberanian. Penentuan langkah awal untuk berbisnis merupakan perpaduan harmonis antara perhitungan matematis tentang laba/rugi, pengetahuan, naluri bisnis, dan KEBERANIAN. Bahkan yang terakhir, secara ekstrim bisa disebut “KENEKADAN”.

“When you see a successful business, it means someone has made a courageous decision!” (Bilamana Anda melihat bisnis yang sukses, berarti telah ada seseorang yang telah mengambil keputusan dengan berani). Demikian pendapat begawan ekonomi, Peter Drucker.

Ada sebuah kekuatan yang sering tidak disadari oleh kebanyakan orang. Kekuatan itu adalah IMPIAN. The Power of Dream. Sebuah impian, harapan, cita-cita akan menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk meraih kesuksesan. Setiap orang bisa dipastikan punya impian. Masalahnya, bisakah ia menjadikan impiannya itu sebagai sebuah kekuatan?

Setelah impian ditancapkan, langkah berikutnya kita harus bisa mengelola potensi diri kita. Hilangkan rasa takut gagal, kelemahan, kekecewaan, pesimisme dan berbagai hal negatif lainnya. Munculkan ENERGI POSITIF kita, semangat, kekuatan, optimisme, dsb. Di sinilah kita perlu memahami potensi diri kita secara mendalam. Manusia mengalami manifestasi yang bersesuaian dengan pemikiran, perasaaan, perkataan, dan tindakan yang dominan. Pemikiran seseorang (baik sadar maupun bawah sadar), emosi, kepercayaan, dan tindakan akan menarik kejadian yang bersesuaian, baik yang positif maupun negatif, melalui resonansi dari getaran energi tersebut. Dikatakan bahwa “kita mendapat apa yang kita pikirkan, pikiran kita menentukan nasib kita“. Jadi, berpikir positiflah selalu.

Berani adalah menjalani sesuatu yang ditakuti. Jika kita melakukan sesuatu yang ditakuti berarti kita: BERANI. Berbisnis, bagi sebagian besar orang Indonesia dianggap menakutkan. Kebanyakan orang tua biasanya enggan mengenalkan bisnis pada anak-anaknya semasa kecil. Dengan dalih gengsi, memalukan, kasihan, dsb. Orientasi mereka hanyalah sekolah setinggi mungkin dan mencari pekerjaan sebagus mungkin. (Tidak salah memang… tapi kalo sampai melarang anaknya belajar bisnis… hmm… sungguh tidak bijaksana).

Begitu pula, kebiasaan orang tua yang terlalu protektif dengan melarang anak untuk berkreasi (hal-hal yang positif), telah mengakibatkan anak-anak mereka menjadi anak-anak penakut. Tidak memiliki keberanian untuk mengambil resiko. Mau ini takut, mau itu takut. Mau berkreasi pun takut.

Bagaimana cara menumbuhkan keberanian dalam berbisnis?

Pertama, tanamkan dalam diri kita keyakinan bahwa dalam berbisnis, Allah telah membukakan 9 dari 10 pintu rezeki. Dengan kata lain, 90 persen pintu rezeki terdapat dalam dunia bisnis. Dengan demikian, kesempatan kita untuk mendapatkan rezeki sangatlah luas.

Kedua, tepis dan hapuslah anggapan bahwa para pelaku bisnis adalah orang-orang golongan kedua (setelah pekerjaan-pekerjaan lain). Pada dasarnya, bisnis merupakan bagian dari pekerjaan yang (kurang lebih) sama dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya, seperti menjadi karyawan swasta, PNS, dll. Namun, akhir-akhir ini justru tren orang-orang (Indonesia) mulai banyak berubah, mereka beranggapan bahwa berbisnis justru lebih menjanjikan daripada menjadi karyawan. Dengan kata lain, “Menjadi TDA Lebih Mulia Daripada Menjadi TDB”.

Ketiga, hilangkan anggapan bahwa dalam berbisnis penuh resiko. Ingatlah bahwa resiko adalah bagian dari hidup. Resiko bukanlah hanya milik pebisnis. Dalam pekerjaan lain pun pasti ada resiko. Karyawan swasta, ada resiko perusahaannya collaps dan di-PHK, PNS bisa saja dimutasi atau diturunkan jabatan, dll.

Satu hal terpenting yang perlu diingat adalah bahwa dalam berbisnis juga dikenal “Hukum Kekekalan Energi” seperti halnya dalam Ilmu Fisika. Kita berbisnis, jika sukses = kekayaan, jika gagal = pengalaman/ilmu. Jadi, pada hakekatnya, tidak ada kegagalan atau resiko, karena sebenarnya ia mengalami perubahan “energi” menjadi “pengalaman/ilmu” yang sama nilainya dengan modal yang kita investasikan.

http://tangandiatas.com

This entry was posted on Saturday, April 5, 2008 at Saturday, April 05, 2008 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 comments

Post a Comment