Lembaga Riset Penelitian Indonesia  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

DXP Bahjambi

Potensi produksi TBS : 36 ton/ha/th Produksi TBS rata-rata : 26 – 27 ton/ha/th Potensi hasil (CPO) : 7,9 ton/ha/th Produksi CPO rata-rata : 5,9 – 7,0 ton/ha/th Rendemen minyak : 23 – 26% Produksi minyak inti : 0,60 ton/ha/th Kerapatan tanam : 143 pohon/ha Pertumbuhan meninggi : 0,55 – 0,70 m/th.

DXP Marihat
Potensi produksi TBS : 31 ton/ha/th Produksi TBS rata-rata : 24 – 25 ton/ha/th Potensi hasil (CPO) : 7,9 ton/ha/th Produksi CPO rata-rata : 6,0 – 6,3 ton/ha/th Rendemen minyak : 23 – 25% Produksi minyak inti : 0,54 ton/ha/th Kerapatan tanam : 143 pohon/ha Pertumbuhan meninggi : 0,6 – 0,7 m/th.


DXP Dolok Sinumbah
Potensi produksi TBS : 31 ton/ha/th Produksi TBS rata-rata : 24 – 27 ton/ha/th Potensi hasil (CPO) : 7,7 ton/ha/th Produksi CPO rata-rata : 6,0 – 6,75 ton/ha/th Rendemen minyak : 23 – 25% Produksi minyak inti : 0,56 ton/ha/th Kerapatan tanam : 130 pohon/ha Pertumbuhan meninggi : 0,65 – 0,85 m/th.


sumber:http://ipard.com

Mutu Kelapa Sawit di Medan  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

DXP SP 1


Potensi produksi TBS : 32 ton/ha/th Produksi TBS rata-rata : 25 – 28 ton/ha/th Potensi hasil (CPO) : 7,6 ton/ha/th Produksi CPO rata-rata : 6,5 – 7,3 ton/ha/th Rendemen minyak : 23 – 26% Produksi minyak inti : 0,49 ton/ha/th Kerapatan tanam : 143 pohon/ha Pertumbuhan meninggi : 0,40 – 0,55 m/th. DXP Yangambi Potensi produksi TBS : 39 ton/ha/th Produksi TBS rata-rata : 25 – 28 ton/ha/th Potensi hasil (CPO) : 7,5 ton/ha/th Produksi CPO rata-rata : 5,8 – 7,3 ton/ha/th Rendemen minyak : 23 – 26% Produksi minyak inti : 0,62 ton/ha/th Kerapatan tanam : 130 pohon/ha Pertumbuhan meninggi : 0,60 – 0,75 m/th.

DXP SIMALUNGUN

Potensi produksi TBS : 33 ton/ha/th Produksi TBS rata-rata : 28,4 ton/ha/th Potensi hasil (CPO) : 7,9 ton/ha/th Potensi CPO rata-rata : 8,7 ton/ha/th Rendemen minyak : 26,5% Produksi minyak inti : 0,51 ton/ha/th Kerapatan tanam : 130 – 135 pohon/ha Pertumbuhan meninggi : 0,75 – 0,80 m/th.


DXP Lame

Potensi produksi TBS : 32 ton/ha/th Produksi TBS rata-rata : 22 – 24 ton/ha/th Potensi hasil (CPO) : 7,4 ton/ha/th Produksi CPO rata-rata : 5,7 – 6,2 ton/ha/th Rendemen minyak : 23 – 26% Produksi minyak inti : 0,62 ton/ha/th Kerapatan tanam : 130 pohon/ha Pertumbuhan meninggi : 0,65 – 0,85 m/t.



sumber:http://ipard.com

Industri Perkebunan  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

Industri berbasis perkebunan ternyata mempunyai kemampuan sebagai leading sector dalam pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja, sekaligus sebagai sektor yang efektif mendorong perbaikan distribusi pendapatan. Ketika Indonesia menghadapi masalah lambannya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya jumlah pengangguran, dan makin timpangnya distribusi pendapatan, mendorong industri berbasis perkebunan merupakan pilihan yang sangat strategis.

Krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan tiga masalah mendasar, yaitu perekonomian Indonesia sempat mengalami kontraksi sebesar –13,2% pada tahun 1998, jumlah penganggur diperkirakan mencapai 39 juta orang, dan memburuknya distribusi pendapatan. Dalam rangka memulihan situasi ekonomi, identifikasi sektor atau industri yang dapat berperan sebagai leading sector atau adjusting sector dalam mengatasi masalah tersebut menjadi sangat penting. Pengembangan industri berbasis perkebunan merupakan salah satu pilihan yang cukup realistis karena (i) bisnis perkebunan mempunyai daya tahan tinggi karena berbasis pada sumberdaya domestik dan berorientasi ekspor, (ii) diyakini masih sangat prospektif dengan peluang pertumbuhan berkisar antara 2%–8% per tahun, dan (iii) intensif menggunakan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang berlokasi di pedesaan. Apakah industri berbasis perkebunan lebih cocok sebagai leading sector atau adjusting sector perlu diidentifikasi sehinga industri tersebut dapat berperan secara optimal dala upaya mengatasi masalah tersebut.

Sejalan dengan hal tersebut, buku ini akan mencoba membahas secara empiris peran industri berbasis perkebunan dalam pemulihan dari krisis ekonomi dan pemerataan pendapatan. Untuk itu, buku ini membahas beberapa hal terkait seperti struktur perekonomian Indonesia secara umum, kontribusi/dampak pengembangan industri berbasis perkebunan terhadap pertumbuhan ekonomi/pemulihan ekonomi secara nasional (PDB), penyediaan lapangan kerja, kontribusi/dampak pengembangan industri berbasis perkebunan terhadap perbaikan distribusi pendapatan; Untuk menguraikan hal tersebut, sebuah alat analisis yaitu Social Accounting Matrix (SAM) Perkebunan dikembangkan. Dengan SAM Perkebunan, berbagai dampak kebijakan yang berkaiatan dengan industri berbasis perkebunan serta ekonomi nasional, dapat diestimasi.

Dengan menggunakan SAM perkebunan dapat diketahui bahwa pada tahun 2003 industri perkebunan primer memberi kontribusi nilai tambah sebersar Rp. 61,1 triliun atau 3,1% dari PDB nasional. Industri hilir berbasis perkebunan memberi kontribusi nilai tambah sebesar Rp. 56,03 triliun atau 2,8% dari PDB. Dengan demikian, industri berbasis perkebunan memberi kontribusi sebesar Rp. 117 triliun atau hampir 6% dari PDB nasional. Dari sisi lapangan kerja, industri perkebunan primer, menyediakan lapangan kerja sebesar 13,4 juta orang, sedangkan industri hilirnya menyediakan sekitar 3,2 juta orang. Dengan demikian ada sekitar 16.7 juta orang yang bekerja pada industri berbasis perkebunan.

Dari segi pertumbuhan ekonomi (nilai tambah), sektor perkebunan primer secara umum, lebih sesuai berperan sebagai leading sector, kurang efektif sebagai adjusting sector yang ditunjukkan oleh dengan daya penyebaran (DP) yang jauh lebih besar dari derajat kepekaan (DK). DP menggambarkan seberapa kuat sebuah sektor/industri menarik pertumbuhan sektor lain jika sektor tersebut berkembang. Di sisi lain, DK mengambarkan seberapa besar dampak pertumbuhan terhadap sebuah sektor jika seluruh sektor lainnya tumbuh. Industri-industri primer perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kopi, memiliki nilai DP berkisar antara 2,69 ¬– 3,78. Hal ini berarti, jika inudstri primer perkebunan tumbuh sebesar 1 unit, maka secara nasional ekonomi akan tumbuh antara 2,69 ¬– 3,78 unit, tergantung pada komoditi yang akan dikembangkan. Dengan nilai DK antara 0,01 – 2,17, maka seluruh sektor lain tumbuh sebesar satu unit, maka industri primer perkebunan akan tumbuh antara 0,01 – 2,17. Industri primer perkebunan yang lebih sesuai sebagai leading sector adalah karet, tebu, kelapa sawit, kopi, dan tanaman perkebunan lainnya. Tidak ada satupun industri primer perkebunan yang efektif berperan sebagai adjusting sector. Bahkah beberapa sektor tidak efektif sebagai leading maupun adjusting sector seperti kelapa, teh, cengkeh, kakao, jambu mete, dan lada.

Berbeda dengan industri primernya, industri hilir perkebunan seperti minyak goreng, industri coklat, industri karet, mempunyai peran yang lebih bervariasi dalam pertumbuhan ekonomi dengan daya penyebaran berkisar antara 1,34 – 3,87 dan derajat kepekaan antara 0,01 – 15,48. Industri hilir perkebunan yang lebih sesuai sebagai leading sector adalah industri gula, minyak goreng sawit, kopi bubuk, kopi instan, teh olahan, dan industri teh botol. Industri primer perkebunan yang lebih sesuai sebagai adjusting sector yaitu industri ban dan biodiesel. Selanjutnya, industri hilir perkebunan unggulan yang efektif berperan sebagai leading dan adjusting sector adalah industri rokok dan industri makanan. Industri lainnya seperti minyak goreng kelapa, bubuk cokelat, butter cokelat, dan ethanol adalah industri yang kurang efektif sebagai leading maupun adjusting sector.

Jika dilihat dari sisi distribusi pendapatan untuk tenaga kerja dan modal tampak bahwa industri primer perkebunan cenderung lebih efektif untuk membangkitkan pendapatan untuk tenaga kerja dibandingkan pendapatan untuk modal. Hal ini tercermin dari multiplier pendapatan untuk tenaga kerja lebih besar dari multiplier untuk modal. Multiplier pendapatan untuk tenaga kerja berkisar antara 1,17 – 1,64, sedangkan multiplier untuk pendapatan modal dengan kisaran 0,66 – 0,87. Secara total, karet, tebu, dan teh memiliki multiplier pendapatan yang relatif besar, walau perbedaan antar komoditas tidak substansial.

Hal yang identik juga terlihat pada peran industri hilir dalam distribusi pendapatan untuk tenaga kerja dan modal. Jika industri hilir perkebunan dikembangkan, dampak terhadap peningkatan pendapatan untuk tenaga kerja lebih besar dibandingkan dengan pendapatan untuk modal. Hanya ada dua sektor dimana multiplier pendapatan bias pada modal yaitu industri biodiesel dan ethanol. Untuk industri hilir lainnya, multiplier pendapatan tenaga kerja umumnya lebih besar dari multiplier modal. Beberapa industri yang efektif untuik meningkatkan pendapatan tenaga kerja adalah industri gula, kopi instant, kopi bubuk, teh botol, teh olahan, serta industri makanan lainnya.

Jika dilihat dampak distribusi pendapatan antara rumah tangga dan perusahaan, industri perkebunan primer lebih efektif mendorong peningkatan pendapatan rumah tangga dibandingkan dengan perusahaan. Multiplier pendapatan untuk rumah tangga berkisar antara 1,57 – 2,06, sedangkan multiplier pendapatan perusahaan hampir sama yaitu sekitar 0,4. Dengan demikian, pemerintah dapat menggunakan pembangunan hampir semua industri primer perkebunan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Hal yang identik juga berlaku untuk industri hilir perkebunan dimana multiplier pendapatan industri hilir untuk rumah tangga lebih besar (0,91 ¬– 1,76) dibandingkan dengan multiplier pendapatan untuk perusahaan (0,22 – 0,54). Beberapa industri hilir perkebunan yang relatif efektif untuk mendorong pendapatan rumah tangga antara lain industri gula, kopi instant, kopi bubuk, teh botol dan teh olahan, industri minyak goreng kelapa, serta industri makanan lainnya.
Jika dilihat secara lebih spesifik, industri primer perkebunan jauh lebih efektif meningkatkan pendapatan rumah tangga di pedesaan dibandingkan dengan di perkotaan. Multiplier pendapatan untuk rumah tangga pedesaan berkisar 0,64 – 0,92. Pada masyarakat pedesaan non-pertanian dan masyarakat perkotaan, dampaknya masing-masing hanya 0,48 dan 0,64. Hal ini kembali menegaskan pentingnya pemerintah untuk mengembangkan industri primer perkebunan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga di pedesaan.

Di sisi lain, industri hilir perkebunan memberikan dampak lebih memihak masyarakat perkotaan, walaupun perbedaannya tidaklah terlalu substansial. Multiplier pendapatan industri hilir perkebunan untuk rumah tangga pedesaan berkisar antara 0,24 – 0,65, sedangkan untuk masyarakat perkotaan berkisar antara 0,45 – 0,82. Secara umum, industri hilir perkebunan dapat digunakan mendorong peningkatan pendapatan masyarakat kota dan pedesaan. Pemerintah dapat mendorong peningkatan masyarakat melalui pengembangan industri gula, kopi instan, kopi bubuk, teh botol, teh olahan, industri minyak goreng kelapa, serta industri makanan lainnya.

Semua penjelasan ini menegaskan bahwa industri berbasis perkebunan memang mempunyai kemampuan sebagai leading sector dalam pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja, sekaligus sebagai sektor yang efektif mendorong perbaikan distribusi pendapatan. Ketika Indonesia menghadapi masalah lambannya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya jumlah pengangguran, dan makin timpangnya distribusi pendapatan, mendorong industri berbasis perkebunan merupakan pilihan yang sangat strategis dan efektif.

sumber:http://ipard.com

Kenaikan Harga BBM  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

Subsektor perkebunan tidak bisa menghindar dari melambungnya harga BBM. Dari sisi biaya produkisi, kenaikan harga BBM memberikan tekanan yang cukup signifikan terhadap subsektor perkebunan. Untungnya, melambungnya harga BBM turut mendorong kenaikan harga produk perkebunan sekaligus memberi ruang yang lebih luas untuk merlakukan diversifikasi produk. Untuk tahun 2007, melambungnya harga BBM membuat subsektor perkebunan untung, bukan buntung.

Sepanjang akhir tahun 2007 sampai dengan awal tahun 2008, harga minyak bumi (BBM) masih terus melambung tinggi mendekati US$ 100/barrel. Sebagai produk yang strategis dan urat nadi perekonimian, melambungnya harga BBM tersebut telah menimbulkan berbagai masalah seperti melambatnya pertumbuhan ekonomi, memacu inflasi serta meningkatnya jumlah pengganguran dan kemiskinan, baik pada tingkat dunia, regional, nasional, dan tentunya juga sektoral.

Subsektor perkebunan juga tidak bisa menghindar dari melambungnya harga BBM. Dari sisi biaya produksi, kenaikan harga BBM memberikan tekanan yang cukup signifikan terhadap subsektor perkebunan. Untungnya, melambungnya harga BBM turut mendorong kenaikan harga produk perkebunan sekaligus memberi ruang yang lebih luas untuk merlakukan diversifikasi produk. Dari sini jelas bahwa melambungnya harga BBM memberi tekanan sekaligus harapan pada subsektor perkebunan untuk berkembang.

Kenaikan harga BBM mendorong kenaikan biaya produksi karena subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang relatif banyak menggunakan BBM sebagai sumber energi maupun untuk transportasi, baik pada tahap proses produksi, pengolahan, dan pemasaran. Oleh karena itu, kenaikan BBM mempunyai dampak negatif yang cukup signifikan terhadap industri perkebunan utama Indonesia, seperti kelapa sawit, karet, teh, kopi, kakao, dan gula. Dalam proses produksi, subsektor perkebunan membutuhkan jasa transportasi untuk mengangkut sarana produksi, seperti pupuk, yang relatif volumnus (volume besar). Dengan demikian, biaya transportasi relatif besar. Dalam hal transportasi, semakin volumnus ( bulk ) bahan mentah yang harus diangkut, makin tinggi kontribusinya terhadap biaya transportasi, sehingga makin besarnya dampaknya terhadap biaya produksi. Produk perkebunan umumnya bersifat volumnus seperti tebu yang rendemennya hanya berkisar antara 6%-10% terhadap total berat/volume dan tandan buah segar sawit yang hanya 17%-22%. Hasil panen kakao, kopi, dan teh juga bersifat volumnus sehingga kenaikan harga BBM yang mengakibatkan kenaikan biaya transportasi, akan mempunyai pengaruh signifikan terhadap biaya produksi. Kenaikan harga BBM juga mendorong kenaikan biaya pengolahan. Walaupun beberapa proses pengolahan (gula dan CPO) secara maksimal menggunakan produk samping sebagai bahan bakar/sumber energi, solar masih tetap diperlukan sebagai sumber energi.

Dampak kenaikan harga BBM terhadap biaya produksi produk perkebunan dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu komponen dampak langsung dan tidak langsung melalui inflasi. Dampak biaya langsung adalah kenaikan biaya sebagai akibat kenaikan harga BBM yang digunakan dalam bisnis perkebunan. Dampak tidak langsung adalah kenaikan harga BBM akan memicu inflasi sehingga akan mendorong kenaikan hafrga input non BBM seperti tenaga kerja, bibit, pupuk, dan sarana produksi lainnya. Untuk memberi gambaran yang lebih konkrit, disimulasikan bahwa harga BBM yang dibayar industri perkebunan meningkat sekitar 50% dari harga yang dibayarkan saat ini.

Dampak langsung akan ditentukan oleh porsi biaya BBM dalam biaya produksi yang nilainya bervariasi, tergantung pada jenis produk, teknologi, dan tingkat efisiensi manajemen. Secara umum, porsi ketiga komponen biaya tersebut berkisar antara 2.0% – 7.2% (Tabel 1). Dari segi proporsi biaya BBM terlihat bahwa produk gula dan CPO memiliki porsi terbesar yaitu 6.5% dan 7.2% dari total biaya produksi. Sebagai contoh, tebu sebagai bahan baku gula bersifat volumnus dengan rendemen terendah dibandingkan produk lainnya. Sebagai akibatnya, komponen biaya transportasi untuk bahan baku menjadi relatif paling besar. Hal yang sama juga berlaku untuk CPO yang bahan bakunya adalah tandan buah segar yang juga volumnus. Sejalan dengan porsi biaya produksi ketiga input tersebut terhadap biaya total, maka dampak langsung terbesar terjadi pada industri gula dan CPO masing-masing mengalami kenaikan biaya produksi sebesar 3.2% dan 3.6%. Dampak terhadap kopi dan kakao relatif sama yaitu kenaikan biaya produksi sekitar 1%. Dampak yang ralatif kecil terutama karena bahan bakunya yang tidak volumnus dan proses pengolahan tidak banyak memerlukan energi. Hal yang hampir sama terjadi pada teh, dengan dampak kenaikan biaya produksi antara 1.7%.

Tabel 1. Dampak Kenaikan Harga BBM (50%) terhadap Biaya Produksi
Produk Perkebunan Produk
Dampak tidak langsung dapat dilihat melalui inflasi yang mendorong kenaikan harga input lainnya. Dengan menggunakan hasil penelitian Ikshan (2005) yang menyebutkan elastisitas inflasi terhadap kenaikan harga BBM adalah 0.056, maka kenaikan harga BBM sebesar 50% akan menyebabkan kenaikan inflasi sebesar 2.8%. Dikalikan dengan proporsi biaya produksi non-BBM, maka dampak tidak langsung terhadap biaya produksi bervariasi anatar 2.6%-2.7%. Tampak jelas bahwa k arena porsi biaya non BBM jauh diatas porsi biaya BBM, kenaikan biaya produksi yang bersumber dari input non BBM menjadi lebih besar.

Menggabungkan dampak langsung dan tidak langsung, maka diperoleh dampak total dari kenaikan BBM terhadap biaya produksi yang bervariasi dari 3.8% - 6.2%. Seperti diduga, dampak kenaikan biaya produksi tertinggi diderita oleh CPO dan gula, masing-masing 5.8% dan 6.2% Yang agak moderat yaitu sebesar 4.6% dan 4.4% dialami oleh karet dan teh, sedangkan yang relatif kecil dialami oleh kopi dan kakao masing-masing sekitar 3.8%. Namun kalau dilihat dari nilai nominalnya, maka yang paling menderita dari kenaikan harga BBM adalah industri teh yang menyebabkan kenaikan biaya produksi sebesar Rp 237/kg. Industri gula juga cukup menderita dengan kenaikan biaya produksi sekitar Rp 211/kg. CPO, kopi, kakao, dan karet mengalami kenaikan biaya produksi antara Rp 150- Rp 170/kg.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif tersebut, sebagai berikut.
  • Penataan secara lebih efisien sistem/manajemen panen, transportasi, dan pengolahan. Upaya ini relatif efektif untuk kebun yang hamparannya relatif terkonsolidasi dengan produk yang volumnus, seperti untuk tebu dan kelapa sawit. Upaya ini akan berhasil bila didukung juga oleh perencanaan panen dan desain pabrik pengolahan yang lebih efisien, seperti untuk tebu dan kelapa sawit.
  • Penggunaan atau peningkatan penggunaan alternatif sumber energi. Sebagai contoh, sumber energi panas yang mungkin digunakan sebagai pengganti BBM di kebun teh adalah geothermal , kayu bakar, batubara, dan solar energi. Lebih jauh g eothermal , kayu bakar dan energi matahari merupakan sumber energi panas yang ramah lingkungan dan renewable. Kakao dapat menggunakan energi matahari untuk proses pengeringan, sedangkan karet dapat menggunakan batubara dalam proses pengolahan.
  • Khusus untuk industri gula, upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas giling melalui perluasan tanaman akan dapat menekan porsi biaya tetap (solar) di pengolahan. Di samping itu, upaya peningkatan kinerja peralatan (boiler) melalui penggunaan alat pengering.
Di balik tekanan yang terjadi, kenaikan harga BBM dapat juga dilihat dari sisi peluang yaitu diversifikasi produk (biofuel) dan kenaikan harga produk perkabunan. Produk perkebunan seperti CPO, tebu, dan jarak akan kompetitif diproses menjadi biofuel kalau harga BBM di atas US$ 60/barrel. Jika industri biofuel berbasis produk perkebunan terus berkembang, maka pemanfaatan produk perkebunan akan menjadi semakin luas. Produk perkebunan kini melayani permintaan dari pasar tradisional yaitu industri makanan, dan pakan pasar baru untuk industri biofuel. CPO bisa dijual ke industri minyak goreng yang berakhir di supermarket atau ke industri biofuel yang berakhir di SPBU. Tebu bisa berakhir di pasar dalam bentuk gula atau berakhir di SPBU dalam bentuk bioethanol.

Perluasan pasar produk perkebunan tersebut jelas akan berdampak positif pada subsektor perkebunan. Peningkatan permintaan produk perkebunan ini secara konsisten akan mendorong kenaikan harga dan stabilitas harga produk perkebunan. Peningkatan harga dan stabilitas ini tentu akan mendorong pertumbuhan sektor perkebunan dengan hasil akhir pningkatkan pendapatan dan perluasan lapangan kerja di sektor perkebunan. Peluang ini cukup terbuka, khususnya untuk produk berbasis kelapa sawit dan tebu. Di berbagai negara seperti Jerman dan Australia telah mengembangkan biodisel berbasis minyak nabati (minyak bunga matahari). Malaysia sudah mulai mengembangkan biodiesel berbasis CPO. Dengan agak terlambat, Indonesia juga kini telah meristis pengembangan biodisel seperti yang dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, ITB, dan BPPT. Dengan biaya produksi masih bervariasi antara Rp 2700-Rp 5500/liter, bergantung pada teknologi dan harga CPO, biodiesel diyakini akan menjadi sumber energi alternatif masa depan. Di samping itu, pengembangan energi alternatif seperti ethanol dari tebu dan singkong juga mempunyai potensi yang cukup besar. Brazil dengan kebijakan switch policy antara menggunakan tebu menjadi gula dan energi alternatif ( ethanol ) merupakan contoh nyata dari upaya tersebut. Ketika harga gula rendah atau harga minyak bumi tinggi seperti sekarang ini, bagian tebu yang diolah menjadi etahnol ditingkatkan, dan sebaliknya. Upaya ini sekaligus merupakan bentuk pengurangan risiko harga/fluktuasi harga bagi usahatani tebu.

Selanjutnya, berbagai produk samping dan limbah kelapa sawit juga berpeluang besar sebagai sumber energi alternatif. Sebagai contoh, s ebuah pabrik kelapa sawit dengan kapasitas pengolahan 200.000 ton TBS/tahun akan menghasilkan sebanyak 44.000 ton Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Nilai kalor ( heating value ) TKKS kering adalah 15.5 MJ/kg, dengan efisiensi konversi energi sebesar 25%, dari energi tersebut ekuivalen dengan 1.9 MWe ( megawatt-electric ). TKKS dapat juga dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas walaupun proses pengolahannya lebih sulit daripada biogas dari limbah cair. Di samping itu, limbah padat dapat juga diproses menjadi briket arang sebagai sumber energi terbarukan. Dengan teknologi yang relatif sederhana, pemanfatan limbah padat menjadi briket arang merupakan suatu pilihan yang sangat realistis dan prospektif (Lacrosse, 2004).

Dampak lain dari kenaikan harga BBM adalah mendorong kenaikan harga produk perkebunan karena produk pesainya yang berbahan baku atau berkaitan dengan BBM mengurangi penawaran. Karet sintetis yang berbahan baku minyak bumi tidak kompetitif lagi ketika harga BBM melambung sehingga penawarannya menurun drastis. Hal ini mendorong kenaikan produk karet, termasuk harga produk karet alam. Kenaikan BBM turut berkontribusi dalam melambungkan harga CPO dan minyak kelapa pada akhir 2007.

Sebagai penutup, kenaikan harga BBM jelas akan memberi tekanan yang cukup signifikan terhadap kinerja subsektor perkebunan melalui kenaikan biaya produksi, baik memlaui pengaruh langsung maupun tidak langsung. Berbagai upaya strategi penghematan dan penggunaan sumber energi alternatif harus terus dipacu untuk meminimisasi dampak negatif tersebut. Di balik itu, kenaikan harga BBM memberi dua manfaat yaitu diversifikasi produk perkebunan dan peningkatan harga-harga produk perkebunan. Untuk tahun 2007, melambungnya harga BBM membuat subsektor perkebunan untung, bukan buntung.

sumber:http://ipard.com

Biofuel  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

Akhir-akhir ini ada suatu perkembangan menarik terkait dengan isu pengembangan bahan bakar nabati atau biofuel. Pada awalnya, pengembangan biofuel dilandasi pemikiran untuk mengantisipasi kelangkaan energi sebagai akibat penurunan sumber energi berbasis fosil yaitu minyak bumi (BBM). Pemikiran ini mendapat dukungan dari semua kalangan, termasuk pemerintah dengan program untuk pengembangan BBM. Rupanya, membedaki isu pengembangan biofuel dengan argumen antisipasi kelangkaan energi di masa mendatang dan sebagai upaya untuk diversifikasi, tidak cukup untuk membuatnya menjadi gadis cantik. Sebagai akibatnya, kalangan penyokong industri biofuel sepertinya sudah mulai kehilangan kesabarannya sehingga kembali mempertebal bedak biofuel dengan isu pengentasan kemiskinan. Mereka menganggap pengembangan biofuel akan dapat membantu mengurangi jumlah orang miskin di Indonesia. Banyak kalangan mulai menilai pengembangan biofuel dengan pengentasan kemiskinan merupakan politisasi isu biofuel. Pertanyaananya, apa betul pemikiran atau hipotesis tersebut? Tulisan ini mencoba mengajak berfikir jernih untuk menilai hipotesis tersebut.

Secara teoritis, jika industri biofuel terus berkembang, maka pemanfaatan produk pertanian akan menjadi semakin luas. Produk pertanian kini melayani permintaan dari pasar tradisional yaitu industri makanan, pakan, dan sandang dan pasar baru untuk industri biofuel. CPO bisa dijual ke industri minyak goreng yang berakhir di supermarket atau ke industri biofuel yang berakhir di SPBU. Tebu bisa berakhir di pasar dalam bentuk gula atau berakhir di SPBU dalam bentuk bioethanol.

Perluasan pasar produk pertanian tersebut jelas akan berdampak positif pada sektor pertanian. Peningkatan permintaan produk pertanian ini secara konsisten akan mendorong kenaikan harga dan stabilitas harga produk pertanian. Peningkatan harga dan stabilitas ini tentu akan mendorong pertumbuhan sektor pertanian dengan hasil akhir peningkatkan pendapatan dan perluasan lapangan kerja di sektor pertanian, yang umumnya berlokasi di pedesaan. Argumen ini memberi indikasi bahwa hipotesis bahwa pengembangan biofuel akan mengurangi pengangguran dan kemiskinan dapat diterima atau valid, khususnya untuk di pedesaan. Hasil studi ADB dan berbagai studi lainnya di negara-negara Asia Pasifik dapat dipergunakan untuk mendukung hipotesis tersebut. Hasil studi tersebut menyatakan bahwa setiap pertumbuhan sektor pertanian sebesar 10% akan menurunkan jumlah orang miskin di pedesaan berkisar antara 1.5% - 12.0%, atau rata-rata sekitar 7%, bergantung berbagai faktor pendukung lainnya.

Namun perlu juga dicermati bahwa kenaikan harga produk pertanian yang bisa digunakan untuk pangan dan biofuel, akan mendorong kenaikan harga pangan. Contoh paling nyata adalah kenaikan harga CPO yang lebih dua kali lipat sebagai akibat peningkatan permintaan biofuel, membuat harga minyak goreng meroket. Jika industri bioethanol berkembang, mudah ditebak bahwa harga gula akan melambung tinggi. Hal ini memberi indikasi bahwa pengembangan biofuel justru akan menambah jumlah orang miskin, khususnya di daerah perkotaan. Kenaikan harga pangan jelas akan menurunkan pendapatan riil atau daya beli masyarakat sehingga makin banyak orang yang semula tidak miskin menjadi miskin.

Situasi ini akan semakin parah bagi negara-negara yang net-importir pangan atau negara-negara yang jumlah penduduknya relatif banyak, seperti Indonesia yang masih mengimpor bahan pangan yang dapat diolah menjadi biofuel seperti gula, kedele, dan jagung. Jika situasi tersebut tidak dapat dikelola dengan baik, maka secara global, akan terjadi ”perkelahian” lebih dari 2 miliar penduduk miskin di dunia untuk memperoleh makanan dengan 800 juta mobil dan jutaan mesin/pabrik. Untuk Indonesia, situasi ini bisa menjadi ajang rebutan antara sekitar 30 juta penduduk miskin dengan pemilik mobil dan mesin di Indonesia. Pada dasarnya, ini adalah rebutan antara 2 miliar Si Miskin melawan Si Kaya yang memiliki mobil dan pabrik/mesin.

Pemenang dari perkelahian tersebut mudah ditebak yaitu Si Kaya. Jika hal ini terjadi, maka pengembangan biofuel justru akan menambah jumlah orang miskin. Pertambahan jumlah orang miskin terutama masyarakat non-pertanian, tidak hanya di perkotaan , tetapi juga di pedesaan. Belum ada studi secara empiris untuk hal ini, tetapi dampaknya diperkirakan cukup substansial. Kenaikan harga minyak goreng seperti sekarang ini sudah memberi indikasi dampak negatif dari pengembangan biofuel terhadap orang miskin.

Ada dua sari pati dari isu ini. Pertama, belum ada jaminan bahwa pengembangan biodiesel akan mengurangi kemiskinan secara nasional. Yang hampir pasti adalah pengembangan biofuel akan memidahkan kemiskinan dari desa ke kota dalam artian kemiskinan di pedesaan berkurang, sementara di perkotaan bertambah. Oleh karena itu, pengembangan biodiesel harus dikembalikan ke semangat semula yaitu antisipasi terhadap penurunan pasokan BBM berbasis fosil sekaligus upaya diversifikasi energi. Jangan lagi isu biofuel dibedaki atau bahkan dipolitisasi dengan isu pengentasan kemiskinan. Kedua, jika pemerintah akan terus mengembangan biodiesel, pemerintah harus sejak dari awal sudah mempersiapkan berbagai kebijakan untuk meminimisasi dampak negatifnya, seperti terhadap ketahanan pangan dan kemungkinan peningkatan jumlah orang miskin non-pertanian, terutama di wilayah perkotaan. Dengan dua catatan ini, semoga isu biofuel dikembalikan ke rel yang benar.

sumber:http://ipard.com

Apakah Anda telah merasa cukup sukses dalam hidup ini ?  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

Apakah anda telah merasa cukup sukses dalam hidup ini ? Kalau ya, seberapa sukseskah anda ? Definisi sukses sendiri tentu berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Ada orang yang definisi suksesnya adalah jika bisa hidup layak, punya satu rumah yang sederhana, bisa menyekolahkan anak, dan menghidupi keluarga. Ada orang lain yang definisi suksesnya adalah jika bisa punya rumah gedongan, tabungan bermilyar rupiah di bank, mobil lebih dari satu, punya apartement, dan bisa bepergian beberapa kali ke luar negeri dalam satu tahun. Ada juga type orang yang merasa sukses jika bisa populer dan dikenal banyak orang. Tidak ada yang salah dengan keinginan tiap orang yang berbeda untuk sukses tersebut. Hanya saja, banyak orang yang salah mempersepsikan antara survive dengan sukses. Kalau begitu, apa bedanya antara survive dengan sukses ? Anthony Robbins dalam bukunya Unlimited Power pernah mengatakan, bahwa pada dasarnya tujuan hidup setiap orang hanya dua, yaitu Moving Away (menghindari sesuatu) dan Moving Toward Something (menuju sesuatu). Orang yang mempunyai tujuan hidup moving away, biasanya jika ditanya apa definisi suksesnya, kebanyakan akan menjawab dengan hal-hal yang TIDAK diinginkannya dalam hidup, misalnya tidak mau miskin, tidak mau menderita, tidak mau susah, tidak mau mengambil resiko, dan lain-lain. Lain lagi dengan orang yang tujuan hidupnya adalah moving toward something. Orang-2 jenis ini jika ditanya tujuan hidupnya, mereka akan menjawab dengan hal-hal yang mereka INGINKAN dalam hidup, misalnya mau kaya, mau hidup senang, mau menjadi direktur, dan sebagainya. Nah, andaikan kita misalkan bahwa kehidupan itu adalah suatu urutan bilangan dari satu, dua dan tiga. Dan misalkan pula semua manusia saat dilahirkan berada di titik satu. Orang yang mempunyai tujuan hidup moving away dalam hidupnya hanya akan berjuang hingga ke titik dua. Mengapa ? Karena sampai disitu saja tujuan hidup mereka telah tercapai, yaitu mereka telah berhasil mengatasi hal-hal yang tidak mereka inginkan dalam hidupnya.

Dari sisi financial biasanya mereka hidup dalam level yang standard, tidak terlalu kaya, tidak terlalu miskin. Secara umum dapat dikatakan bahwa kehidupan mereka adalah CUKUP. Namun, jika ditanya lebih mendetail kepada mereka, apakah mereka PUAS dengan kehidupan seperti itu, kebanyakan menjawab tidak. Tapi karena mereka mempunyai prinsip dasar moving away, mereka tidak mempunyai keberanian lebih untuk melangkah ke titik tiga. Mereka takut untuk mengambil resiko. Dan karena prinsip moving away ini sudah mendarah daging di diri mereka, maka merekapun mulai mencari-2 alasan (excuse) agar tidak usah melangkah ke titik tiga, dan berusaha menghibur diri dengan mengatakan berbagai hal yang mengatakan bahwa titik dua inipun sudah cukup bagus, mengingat mereka dahulu berangkat dari titik satu. Orang-orang yang berada di titik dua ini adalah mereka yang termasuk golongan orang yang survive. Dari satu survey yang pernah dilakukan oleh Robert Kiyosaki, dikatakan bahwa 65 % orang di dunia hidup dalam keadaan menderita (titik satu), 32 % berada dalam tahap survive (titik dua), dan hanya sekitar 3 % orang yang berada dalam tahap sukses (titik tiga).

Titik ketiga ini adalah dambaan semua orang di dunia ini. Tapi tidak semua orang berani menuju kesana, bahkan mereka yang tujuan hidupnya moving toward something sekalipun, ada yang dalam prosesnya tidak berani melakukannya dan hanya menjadi sekedar angan-angan kosong. Mengapa ? karena untuk menuju kesana ada hal-hal yang harus dilakukan dan tidak semua orang mau, yaitu BERANI MENANGGUNG RESIKO, BERANI GAGAL dan KERJA KERAS. Itulah mengapa jumlah orang yang berada di titik ketiga ini di dunia ini jumlahnya hanya tiga persen !.

Tidak perlu berkecil hati apabila anda saat ini anda masih berada di titik satu atau dua, sejauh anda masih punya KEINGINAN dan TINDAKAN untuk berubah menjadi lebih baik. Ada beberapa hal yang harus anda lakukan :
  1. UBAHLAH CARA BERPIKIR ANDA dari moving away menuju movingtoward something. Tumbuhkan passion (keinginan yang berkobar-kobar) dengan memberikan emosi pada tujuan tersebut.
  2. Ambil role model / tokoh idola dari bidang yang anda tekuni, yang menurut anda telah sukses dan berada di titik ketiga. Dengan meniru langkah orang sukses, setidaknya anda mempunyai arah yang tepat menuju kesuksesan.
  3. DUPLIKASIKAN apa yang telah dilakukan oleh role model anda sedetil mungkin. Duplikasi disini bukan hanya sekedar tindakan dalam pekerjaan, tapi juga segala sesuatu yang dilakukan oleh role model tersebut, mungkin buku yang mereka baca, orang-2 dimana mereka berasosiasi, cara mereka berpikir, dan sebagainya.
  4. Berani menanggung resiko yang berupa kegagalan. BUKAN GAGALNYA YANG MEMBERI ARTI DALAM HIDUP KITA, TAPI BAGAIMANA KITA MEMPERSEPSIKAN KEGAGALAN TERSEBUT YANG MEMBUAT PERBEDAAN DALAM HIDUP KITA.
  5. Jangan pernah, dan jangan pernah sekalipun BERHENTI sebelum anda mencapai sukses Kehidupan akan terus berjalan apapun yang terjadi. Tapi PERBEDAAN KECIL YANG ANDA BUAT HARI INI, AKAN MEMBERI MAKNA YANG BERBEDA TERHADAP KEHIDUPAN ANDA SELANJUTNYA. Lakukan kerjanya dan dapatkan hasilnya. LIFE WILL NEVER BE THE SAME AGAIN !

Salam Sukses untuk anda !

Untuk mencapai sukses  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

Ada orang beranggapan "untuk mencapai sukses", tak usah meniru sukses masa lalu. Sebagian pebisnis menerapkan jurus-jurus bisnis yang tak lazim dan bertentangan dengan teori. Mereka sukses karena menerapkan jurus-jurus bisnis yang menentang arus. Tetapi kan para pebisnis yang melakukan usaha jenis tersebut, mereka kan udah menghitung untung dan rugi. Pasti lah para pengusaha yang melakukan jenis usaha tersebut telah dibekali talenta usaha yang kuat. Kita boleh meniru usaha orang lain, tetapi belum tentu usaha yang kita tiru itu akan sama hasilnya dengan usaha yang kita lakukan. Dan usaha yang kita lakukan belum tentu juga hasilnya akan sama dengan yang kita tiru.

Seperti contoh, saya berikan gambaran sebuah antrean di counter BreadTalk di Mall Kelapa Gading, Jakarta, itu tampak mengular. Panjang. Mereka rela antre hanya untuk dapat mencicipi sepotong roti bertabur abon. Untunglah, sambil antre, mereka masih terhibur melihat “atraksi” pembuatan roti di dapur yang dindingnya transparan. Simak baik-baik.

Dapur transparan, bukankah itu melanggar tradisi? Bukankah itu sama saja dengan membuka rahasia dapur? Bukankah itu menentang arus? Apalagi kebanyakan toko roti selama ini selalu meletakkan dapur di belakang. Salah satu tujuannya adalah agar tak mudah dilihat pesaing. Lagi pula, banyak orang menganggap tabu kalau pembeli bisa melihat suasana dapur, yang biasanya jorok, kotor, dan berantakan. Anggapan itu justru “ditabrak” BreadTalk.

“Dengan konsep open kitchen, BreadTalk ingin menjadi sebuah butik roti yang ingin bisa menyatukan rasa, pikiran, dan mata,” kata Sugiyanto Wibawa, vice-president director PT Talkindo Selaksa Anugrah, nama perusahaan pemegang hak waralaba BreadTalk di Indonesia. Meski Sugianto mengaku bahwa konsep open kitchen berasal dari Singapura, nyatanya apa yang ia lakukan kemudian diikuti oleh beberapa toko roti lainnya di Tanah Air.

Menentang Arus, Apa Itu?
Menurut associate consultant MarkPlus&Co, Yuswohady, jurus-jurus bisnis menentang arus kerap disebut sebagai blue ocean strategy. ” Blue ocean strategyadalah strategi yang biasanya diterapkan dalam sebuah arena bisnis, di mana kondisi pasar atau lautnya masih berwarna biru, terbuka, karena belum banyak pemain yang menggarap,” papar Siwo, panggilan akrab Yuswohady. Jadi, lanjut dia, bisa dikatakan bahwa blue ocean strategy adalah strategi yang radikal, gila, dan cenderung menentang arus bisnis yang ada.

Dalam kasus BreadTalk, jurus menentang arus yang dipakainya adalah tak sekadar mengandalkan kenikmatan rasa rotinya, seperti toko-toko roti lainnya di Indonesia. “BreadTalk berani menabrak tradisi dapur tertutup, dan terbukti bisa memainkan emosi konsumen dengan konsep keterbukaan dapurnya,” jelas Siwo.

Selain BreadTalk, fenomena menentang arus juga dipakai Putera Sampoerna ketika mengeluarkan rokok rendah tar dan nikotin, A Mild, pada 1990-an. Langkah Putera ketika itu terbilang berani. Pasalnya, saat itu pasar rokok Indonesia masih didominasi oleh rokok kretek. HM Sampoerna bahkan dikenal sebagai salah satu produsen rokok terbesar yang sukses dengan rokok kretek merek Dji Sam Soe dan Sampoerna Eksklusif. “Namun, demi menghidupkan pasar A Mild, Putera Sampoerna malah memutuskan untuk mematikan produk Sampoerna Eksklusif,” ujar Sendi Sugiharto, head manager of Category Low Tar Low Nikotin. Sebuah langkah berani dan penuh risiko.

“Rokok A Mild adalah bukti keberanian Putera Sampoerna untuk melupakan kesuksesan HM Sampoerna dengan kejayaan rokok kreteknya,” ucap Siwo. Padahal, biasanya orang kalau sudah sukses, mereka akan menggunakan strategi bisnis atau membuat produk yang tak jauh berbeda dengan kesuksesan masa lalunya. Gampangnya, ngapain mesti repot-repot kalau bisa menjiplak strategi bisnis sebelumnya. Namun, untuk Putera Sampoerna, ia malah mempraktekkan jurus menentang arus: lupakan sukses masa lalu. Itu kan kata Putera Sampoerna. Ya kita cuma bisa membandingkan dengan SDM yang kita miliki. Jangan kita paksakan.

Dalam dunia dengan persaingan yang makin keras, berbisnis dengan cara-cara yang biasa jelas tak memadai lagi. Produk harus unik. Strategi jangan sampai mudah dikenali lawan. Itu pulalah yang diterapkan oleh Bob Sadino, pemilik sekaligus pendiri Kemchicks Supermarket, yang berlokasi di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Bob dikenal sebagai pengusaha yang anti manajemen. “Saya selalu menganalogikan bisnis itu seperti sungai yang penuh kebebasan, tanpa perencanaan, bahkan tanpa arah tujuan yang hendak dicapai,” kata pria yang khas dengan celana pendeknya itu.

Bob tak pernah memakai rencana, atau mematok target. Untuk masalah keuangan di Kemchicks Supermarket pun Bob tak pernah ikut campur. Semua pengelolaannya ia percayakan kepada karyawan, yang oleh Bob disebut sebagai “anak-anaknya”. “Jadi, kalau Kemchicks untung Rp100 miliar, ya terserah anak-anak saja, mau dihabiskan untuk apa saja,” katanya, serius. Bob memang memberikan kebebasan penuh kepada 350 karyawannya untuk bekerja sesuai keinginan mereka. Meski serba tak masuk di akal, toh terbukti hingga kini Kemchicks, Kemfood, dan Kemfarm masih eksis.

Cara aneh membesarkan usaha juga dilakukan oleh Purdi E. Chandra. Ia termasuk orang yang percaya bahwa kalau ingin sukses tak perlu pendidikan formal. Namun, ketika Purdi mendirikan Entrepreneur University dengan cara itu, banyak orang mengerutkan kening. “Kuliah di Entrepreneur University modelnya tanpa ijazah. Mahasiswanya baru bisa diwisuda kalau sudah berhasil membuat usaha sendiri,” kata Purdi. Jadi, kalau ingin sukses seperti Purdi, yang mantan anggota MPR RI ini, lupakan pendidikan formal. Ijazah itu tak penting.

Sudah tentu masih banyak jurus menentang arus yang bisa dipetik dari berbagai kasus. Misalnya, ada fenomena kaus Dagadu dari Yogyakarta yang tak mau ekspansi ke luar dari Kota Gudeg itu. Lalu ada Joger dari Bali, strategi harga tiket murah ala Lion Air, gratis kartu prabayar As, dan sebagainya.

Melihat Dari Sisi Yang Berbeda
Lalu, apa yang bisa dipetik dari beberapa jurus bisnis menentang arus tadi? Sukseskah? Kafi Kurnia, pakar bisnis dan pemasaran dari Inbrand, memberi gambaran gunanya memakai jurus menentang arus. “Dalam berbisnis, kadang kala, kita mesti berpikir secara holistik atau dari dua sisi,” katanya. Jadi, ibarat koin, melihatnya harus dari dua sisi secara bersamaan.

Cara ini biasa digunakan orang-orang yang mengalami kemacetan saat menjalankan teori-teori bisnis dari bangku pendidikan. “Sebab, di dunia ini sebenarnya banyak teori bisnis yang hanya melihat dari satu sisi. Padahal masih ada sisi yang lain, yang berbeda sama sekali,” kata Kafi, yang juga penulis buku Anti Marketing –sebuah buku tentang jurus-jurus pemasaran yang edan, ngawur, tapi kreatif. “Ibaratnya, kalau menemui jalan yang mulai macet, supaya mobilnya tetap jalan, ya harus mencari jalan alternatif,” kata pria berambut jabrik ini. Jadi, meski dianggap nyeleneh, sebenarnya jurus-jurus menentang arus bisa dijadikan alternatif dari teori bisnis yang ada.

Namun, yang patut diingat, memakai jurus-jurus menentang arus bukan tanpa risiko. Untuk mengenalkan cita rasa rokok mild, misalnya, membutuhkan waktu 3-5 tahun. “Sampai 1995 saja A Mild belum dikenal konsumen. Buktinya, kalau kami membagi-bagi sampel gratis pun masih ada konsumen yang tidak mau,” tutur Sendi Sugiharto. Salah satu kendala yang paling berat untuk mendorong kesuksesan A Mild, tambah Sendi, adalah terus meyakinkan pasar.

Akhirnya Sampoerna memutuskan untuk melakukan edukasi pasar dan terus meyakinkan tim pemasaran dan wiraniaganya agar mau terus menjual. Hasilnya tidak sia-sia. Dengan brand “Bukan Basa Basi”, tahun 2004 A Mild bisa menguasai 8% pangsa pasar rokok mild, atau lebih dari 200.000 batang per tahun. Ia diikuti oleh para pesaingnya, seperti Star Mild dan X Mild (Bentoel), LA Light dari Djarum Kudus, dan yang terakhir Gudang Garam Nusantara.

Menurut Siwo, menerapkan jurus menentang arus memang berisiko. Salah satunya, harus mau mengedukasi pasar. “Tak mudah mengubah keinginan pasar yang masih perawan, alias blue ocean,” ungkap alumnus Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada ini. Risiko selanjutnya adalah kemungkinan langsung ditiru oleh kompetitor, seperti dalam kasus A Mild dan BreadTalk.

Memang begitulah, sesuai namanya, yaitu menentang arus, sudah pasti jurus ini akan berhadapan melawan arus. Untuk berhasil, yang menerapkannya mesti punya tenaga ekstra. Namanya saja menentang arus. Jika tanpa tenaga ekstra, ia malah bakal hanyut terbawa arus … lalu tenggelam.

Jurus-Jurus Menentang Arus Itu ….

Lupakan Sukses Masa Lalu
Tak ada kesuksesan yang abadi. Sebelum masa suram itu tiba, mulailah dari sekarang untuk melupakan masa lalu (baca: kesuksesan Anda). “Salah satu langkah awal membuat jurus menentang arus adalah melupakan formula, strategi, dan semua sendi-sendi kesuksesan perusahaan atau bisnis di masa lalu,” ungkap Yuswohady. Sebab, biasanya, keberhasilan masa lalu bisa dengan mudah diikuti oleh para kompetitor. Sebagai generasi ketiga, Putera Sampoerna mau melupakan kejayaan rokok kreteknya dengan meluncurkan A Mild.

Tabrak Saja Tradisi
Siapa yang bakal mengira bisa melihat cara membuat roti di sebuah mal? Dengan konsep open kitchen, BreadTalk sukses menggabungkan pikiran, rasa, dan mata. Atau, Anda mungkin masih ingat pada 1980-1990, tren minuman dalam kemasan banyak yang berbentuk botol. Namun, Extra Joss justru berani membuat minuman kemasan sachet. Sukses ternyata bisa dicapai kalau ada keberanian menabrak tradisi.

Anti Manajemen
Jargon ini terkesan ekstrem. Teori manajemen mengajarkan pentingnya perencanaan, target, eksekusi, dan evaluasi. Namun, Bob Sadino justru bertolak belakang. Ia tak pernah memakai ilmu manajemen. “Sebenarnya langkah bisnis saya adalah langkah seribu,” gurau Bob. Tak ada manajemen, feeling, atau insting yang dipakai Bob dalam berbisnis.

Distribusi Itu Tidak Penting
Sukses sebuah produk sangat tergantung pada distribusinya. Namun, ini tak berlaku bagi kaus Dagadu di Yogyakarta dan kaus Joger dari Bali. Semua orang mengakui bahwa dua produsen kaus itu dikenal kreatif memainkan kata-kata. Namun, Dagadu dan Joger tak pernah mau membuka cabang di kota lain. Cara ini justru membuat produknya laris dan banyak dicari. Kaus Dagadu diproduksi 5.000-10.000 potong per bulan. Akibat pembatasan distribusinya, mereka yang ingin memilikinya harus datang ke Yogya atau Bali.

Lupakan Ijazah, Lupakan Sertifikat
Purdi E. Chandra, pendiri sekaligus dirut Primagama, sukses membesarkan lembaga bimbingan tes-nya yang kini beromzet Rp100 miliar per tahun. Kunci sukses Purdi justru tidak mengandalkan ilmu pendidikan formalnya. “Jadilah pengusaha yang cerdas di lapangan, di jalanan, dan berani menentang teori dari sekolah formal,” katanya.

Harga Tak Usah Masuk Akal
Lion Air berani membanderol harga tiket pesawat 50% lebih murah dari semua harga tiket pesawat yang berlaku di semua maskapai saat itu. Hal serupa terjadi untuk pembelian kartu perdana dari IM3 dan Kartu As dari Telkomsel. Dengan harga beli Rp 15.000, konsumen bisa mendapatkan nomor perdana dan pulsa senilai Rp 25.000.

Tak Perlu Menjadi yang Pertama
Tak selamanya menjadi yang kedua, atau pengikut, selalu gagal. Dalam kasus internet banking, meski LippoBank yang menjadi pionirnya, kini justru BCA yang memimpin. Begitu juga dengan bisnis kartu kredit. Pencetusnya adalah Bank Duta, tetapi kini yang menikmati booming kartu kredit adalah Citibank.

Wujudkan Mimpi Jadi Kenyataan  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

Sukses dalam berbisnis adalah hal yang tidak mungkin dipelajari sepenuhnya di bangku sekolah. Lebih dari itu, dibutuhkan bakat, kerja keras, kecerdikan, dan telinga yang terbuka lebar untuk mendengar ilmu yang tercecer dari pebisnis sukses. Termasuk tips-tips dari saya ini. Hal itu mutlak diperlukan karena dunia usaha saat ini bak sungai yang sulit ditebak karena kecepatan arusnya. Sebagai contoh, sesuatu yang dahulu membutuhkan waktu satu dekade untuk berubah, sekarang hanya butuh beberapa bulan. Kini juga tidak jarang terjadi profesional jebolan sekolah terbaik mengabdi pada para pengusaha yang putus kuliah. Sukses akademik, pengetahuan, dan kepandaian bukan jaminan sukses di zaman ekonomi baru sekarang ini.

Beberapa contoh kasus orang yang berhasil mewujudkan mimpi yang menjadi kenyataan yang akan membuat Anda terkesan antara lain aktor Sylvester Stallone, Bill Gates (Microsoft), Larry Ellison (Oracle), Richard Branson (Virgin Group), Roman Abramovic (Chelsea) hingga Steve Job (Apple). Mereka adalah contoh nyata individu yang berhasil mencapai kesejahteraan dan kesuksesan melewati batas-batas imajinasi liarnya dengan kunci utama yaitu motivasi diri dan mimpi yang luar biasa kuat.


Nilai spiritual

Hal ini sangat penting sekali sebab merek yang kita hasilkan akan berhasil jika menyentuh sisi emosi dari pembeli, maka yang timbul adalah kecintaan, bukan sekadar kebutuhan yang bisa dengan mudah dikalahkan oleh produk murah dari pesaing.

Kecintaan itupun masih bisa ditingkatkan hingga pada nilai spiritual bagi penggunanya. Jika ini terjadi, apa pun yang terjadi maka sebuah kesetiaan akan menjadi milik merek tersebut.

Sebut saja komputer Apple, mobil Saturn, dan motor gede Harley Davidson yang di mata dan hati penggunanya lebih dari sebuah kebutuhan atas fungsi kebendaan, namun ada emosi di dalam merek yang telah mereka pilih itu.

Tentu saja dibutuhkan kejelian dan keteguhan hati untuk tetap setia sebagai sebuah merek yang bernilai tinggi dengan membatasi produk yang dihasilkan ketimbang kemudian tergoda besarnya peningkatan kapital yang didapat dengan cara menggebrak pasar dengan merek yang berhasil memiliki fans itu.

Sekali saja cara-cara mudah itu ditempuh, maka nilai spiritual yang didapat dari sebuah keterbatasan akan jatuh pada sekadar nilai kebutuhan yang biasa disebut selera pasaran.

Untuk itu diperlukan cara dan langkah yang bisa diambil dari perbincangan para pebisnis raksasa dalam Pengakuan CEO: 21 CEO Dunia Berbagi Resep Mengelola Perusahaan yang merupakan hasil wawancara The Wall Street Journal.

Simak saja cara-cara cerdas Jack Welch dalam memotivasi karyawannya, kelicinan Michael Dell menghindari terkaman Microsoft hingga bagaimana MTV berhasil menciptakan tren bagi penontonnya.

Termasuk juga bagaimana memahami dan mengelola pertumbuhan perusahaan sebesar Cisco ala John Chambers dan membangun merek dengan cara CEO DaimlerChrysler Juergen Schrempp.

Jurus “Sabun” yang Membesarkan Unilever  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

Siapa yang tidak kenal Unilever? Perusahaan consumer goods berskala multinasional ini sudah menancapkan benderanya di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bahkan, produk-produk perusahaan asal Eropa itu bukan saja merambah masyarakat perkotaan, melainkan sudah merangsek sampai ke pelosok desa di negeri kita. Kesuksesan emporium bisnis Unilever tidak datang begitu saja. Sulit dimungkiri, bisnis Unilever ini berdiri di atas fondasi yang ditanamkan sang pendirinya. Asal tahu saja, Unilever adalah merger dua perusahaan besar yang sebelumnya “berseteru”, yakni Margarine Unie dan Lever Brothers. Satu sosok pebisnis sekaligus marketer ulung yang tidak boleh dilupakan di zaman itu dan adalah William Hesketh Lever.

William dikenal sebagai pekerja tangguh, inovatif, dan seorang marketer yang piawai meletakkan dasar-dasar bisnis Unilever hingga berkembang seperti sekarang ini. Lahir di Wood Street, Bolton, Inggris, 19 September 1851, Wiliam dibesarkan dalam keluarga pedagang kelontong. Anak laki-laki pertama dari tujuh bersaudara ini belajar bisnis dari orangtuanya. Pekerjaan pertama William tergolong remeh, cuma menjadi pemotong dan pembungkus sabun yang diproduksi secara batangan. Dari pagi hingga sore hari ia bekerja keras dengan imbalan 7 poundsterling. Ia menjadi mitra bisnis ayahnya sampai tahun 1872. Pada tahun yang sama, William mulai memproduksi Lever’s Pure Honey Soap yang mengantarkannya menjadi pengusaha pabrik sabun. Tidak disangka, produk sabunnya laris. Banyak order datang ke pabriknya. Melihat prospek di pasar sabun begitu cerah, otak bisnis William pun berputar. Ia segera memproduksi sabun secara massal dengan kemasan yang lebih kecil—tidak panjang seperti sebelumnya. Sabun itu diproduksi di pabrik Warrington pada tahun 1884 lewat kemitraan dengan William Hough Watson, seorang ahli kimia. Sabun yang diberi nama Sunlight itu menggunakan bahan baku alami berupa minyak sayur.

Sunlight menjadi pembeda dengan produk sabun lainnya, yang waktu itu menggunakan lemak hewan. Penjualan sabun ini luar biasa. Dalam rentang tiga tahun, pabriknya berhasil menghasilkan 250 ton per minggu dan menjual 40.000 ton sabun per tahun. Setelah itu, ia memindahkan pabriknya ke pinggiran kota Liverpool, tepatnya di daerah Wirral. Desa kecil ini diubah menjadi sentra industri yang kemudian terkenal sebagai Port Sunlight. William berhasil membuka industri yang memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Dengan pola ini, rasa kepemilikan masyarakat terhadap pabrik sabun ini menjadi tambah besar.

Pada tahun 1887, Sunlight sudah merambah Eropa, Amerika, dan Afrika. Tentu saja distribusinya melalui jalur pelayaran, baik yang bermotifkan perdagangan maupun kolonialisme. Melalui sabun ini, kerajaan Inggris diuntungkan karena dikenal di benua lain. Lima tahun kemudian, sabun ini cukup diminati oleh pasar Amerika Serikat. Lever Brothers mampu mengembangan pasar di sana. Disusul dengan kampanye pertama soal mencuci bersih dan antibau. Setelah sabunnya sukses “menggosok” banyak negara, William berupaya mengembangkan produknya. Dari inovasinya, lahirlah dua merek sabun lagi, Lifebuoy dan Lux Flakes. Ia juga mulai memproduksi makanan kalengan, mengolah ikan, saus, dan membuat es krim sebagai produk yang mengiringi bisnis sabunnya. Nama yang sudah terlanjur berkibar, membuat bisnis makanan kalengnya cepat diterima di pasar. Bahkan, laju penjualannya begitu pesat. Saat dunia sedang dilanda Perang Dunia I, Lever Brothers yang berbasis di London melirik perusahan Margarine Unie yang berbasis di Rotterdam, Belanda. Merger dilakukan pertama-tama lantaran adanya kesamaan produksi dan bahan baku untuk produk kebutuhan sehari-hari. Hasil merger inilah yang melahirkan perusahaan dengan bendera baru, Unilever. Secara resmi, Unilever berdiri pada 1 Januari 1930. Akibat merger tersebut, Unilever memiliki dua kantor pusat: di London dan Rotterdam. Keuntungan bisnisnya pun harus dibagi menjadi dua dividen. Tetapi, merger ini—dengan ditopang perkembangan teknologi—membuat Unilever berambisi melebarkan sayap bisnisnya.

Kendati demikian, Unilever harus berhadapan dengan kompetitor setara yang juga mulai agresif menguasai pasar. Kompetitor itu tak lain adalah Procter & Gamble, perusahaan yang bergerak di jalur bisnis serupa. Usai mengakuisisi Thomas Hedley Ltd dan menembus pasar Inggris di tahun 1930, Procter & Gamble tidak bisa dianggap remeh. Lebih-lebih, ia juga menjadi saingan berat di pasar Amerika Serikat. Kompetisi ini mendorong William untuk berinovasi. Diproduksilah produk shampo, sabun cair, dan deterjen. Produk margarinnya ditambahkan nutrisi berupa vitamin A dan D. Alhasil, penjualan produk dengan format baru ini mampu membendung ekspansi Procter & Gamble dan menjadikan Unilever sebagai leader di pasar Eropa dan Amerika. Malahan, pada saat Perang Dunia II berlangsung, Eropa dan Amerika mempercayakan pembuatan ransum untuk tentara mereka kepada Unilever. Selain William, sosok yang berperan besar dalam menanamkan nilai-nilai bisnis Unilever adalah Countway. Dia berhasil mempromosikan Lux Soapflakes sebagai sabun yang tidak merusak pakaian berbasis katun dan sutera. Penjualan Lux meningkat berkat jurus marketing Countway. Lalu, dari tangannya keluarlah Rinso dan Lux Toilet Soap. Baik William maupun Countway mengamini pentingnya promosi dan advertising. Jurus ini masih sering digunakan Unilever untuk setiap produknya sampai sekarang. Usai Perang Dunia II, dunia dilanda consumer boom. Eropa mengalami peningkatan standar hidup. Unilever segera memfokuskan diri pada peranan teknologi untuk meningkatkan kualitas sekaligus memasarkan produknya. Port Sunlight dijadikan sentra penelitian dan pengembangan produk. Unilever berekspansi dengan mendirikan pabriknya di banyak negara, termasuk Indonesia. PT Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken NV Lever dengan akta no. 33 yang dibuat notaris AH Van Ophuijsen dan disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie. Strategi sukses generasi Unilever sekarang tidak lepas dari fondasi awal yang ditanamkan oleh William. Salah satunya, membangun brand image. Unilever senantiasa mengedepankan brand image produk-produknya ketimbang nama Unilever itu sendiri. Jaringan distributor yang ada di mana-mana juga menjadi kekuatan mereka. Selain itu, misi Unilever sekarang pun tidak lepas dari misi yang dulu dianut William, yakni menciptakan tempat tinggal bersama yang bersih; mengurangi beban kerja untuk perempuan; meningkatkan kesehatan dan meningkatkan daya tarik pribadi; hidup lebih menyenangkan; dan berarti bagi para konsumen. Semua itu dirumuskan dalam satu kata: vitalitas. Sepertinya, jurus “sabun” William ikut melicinkan jalan raksasa bisnis ini sekarang. Lebih-lebih jika ditopang dengan kecanggihan teknologi pemasaran yang belum sempat terbayang di kepala William pada saat itu.

Sumber:http://marketing.co.id

Membangun karakter  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

Disiplin diri merupakan hal penting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter seseorang. Sebab karakter mengandung pengertian: (1) Suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif; (2) Reputasi seseorang; dan (3) Seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian yang eksentrik.

Akar kata karakter dapat dilacak dari kata Latin kharakter, kharassein, dan kharax, yang maknanya “tools for marking”, “to engrave”, dan “pointed stake”. Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Perancis caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga ‘berbentuk’ unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau ‘berkarakter’ tercela).

Tentang proses pembentukkan karakter ini dapat disebutkan sebuah nama besar : Helen Keller (1880-1968). Wanita luar biasa ini––ia menjadi buta dan tuli di usia 19 bulan, namun berkat bantuan keluarganya dan bimbingan Annie Sullivan (yang juga buta dan setelah melewati serangkaian operasi akhirnya dapat melihat secara terbatas) kemudian menjadi manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College di tahun 1904–– pernah berkata: “Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved”. Kalimat itu boleh jadi merangkum sejarah hidupnya yang sangat inspirasional. Lewat perjuangan panjang dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi salah seorang pahlawan besar dalam sejarah Amerika yang mendapatkan berbagai penghargaan di tingkat nasional dan internasional atas prestasi dan pengabdiannya (lihat homepage www.hki.org). Helen Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji). Dan sejarah hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter itu memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika atau instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang.

Selanjutnya, tentang nilai atau makna pentingnya karakter bagi kehidupan manusia dewasa ini dapat dikutip pernyataan seorang Hakim Agung di Amerika, Antonin Scalia, yang pernah mengatakan: “Bear in mind that brains and learning, like muscle and physical skills, are articles of commerce. They are bought and sold. You can hire them by the year or by the hour. The only thing in the world NOT FOR SALE IS CHARACTER. And if that does not govern and direct your brains and learning, they will do you and the world more harm than good”. Scalia menunjukkan dengan tepat bagaimana karakter harus menjadi fondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan (brains and learning). Sebab kecerdasan dan pengetahuan (termasuk informasi) itu sendiri memang dapat diperjualbelikan. Dan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa di era knowledge economy abad ke-21 ini knowledge is power.

Masalahnya, bila orang-orang yang dikenal cerdas dan berpengetahuan tidak menunjukkan karakter (terpuji), maka tak diragukan lagi bahwa dunia akan menjadi lebih dan semakin buruk. Dengan kata lain ungkapan knowledge is power akan menjadi lebih sempurna jika ditambahkan menjadi––meminjam sebuah iklan yang pernah muncul di Harian Kompas–– knowledge is power, but character is more.

Demikianlah makna penting sebuah karakter dan proses pembentukkannya yang tidak pernah mudah melahirkan manusia-manusia yang tidak bisa dibeli. Ke arah yang demikian itulah pendidikan dan pembelajaran ––termasuk pengajaran di institusi formal dan pelatihan di institusi nonformal––seharusnya bermuara, yakni membangun manusia-manusia berkarakter (terpuji), manusia-manusia yang memperjuangkan agar dirinya dan orang-orang yang dapat dipengaruhinya agar menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang utuh atau memiliki integritas

Sikap seorang pemimpin  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

Sebagian kita adalah pemimpin bagi sebagian yang lain.
Jika Kita punya satu orang anggota saja, maka Kita adalah seorang pemimpin.

Dalam bukunya yang amat terkenal, Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam Diri Anda, John C. Maxwell berkata, “Mengubah pemimpin berarti mengubah organisasi. Menumbuhkan pemimpin, menumbuhkan organisasi.”

Artinya? Perusahaan atau organisasi tidak akan berubah dan tidak akan berjalan ke arah yang dicita-citakan, apabila para pemimpinnya sendiri, di bagian apa pun, tidak berubah dan tidak tumbuh. Sebuah organisasi tidak bisa tumbuh di luar sampai para pemimpinnya sendiri tumbuh di dalam.

Jika seluruh unit kepemimpinan berubah secara positif, maka pertumbuhan organisasi atau perusahaan akan terjadi secara otomatis. Pemimpin yang lemah sama dengan organisasi yang lemah. Pemimpin yang kuat sama dengan organisasi yang kuat. Segala-galanya akan naik atau turun, sesuai dengan kekuatan kepemimpinan.

Kita mungkin juga bisa sepakat bahwa perbedaan antara perusahaan yang baik dengan perusahaan yang hebat juga adalah kepemimpinan. Apakah Anda bersedia jadi pemimpin yang hebat?

Syaratnya, mau berubah! Apa ada pemimpin yang menolak perubahan? Banyak…! Perlawanan terhadap perubahan adalah sesuatu yang universal sifatnya, menyerang semua kelas dan budaya. Sekalipun sudah ditunjukkan berbagai fakta kebenaran dan bukti nyata, tetap saja banyak pemimpin yang tidak mau mengubah sikap dan pikirannya.

Maxwell mengambil sebuah kisah yang amat menarik tentang Henry Ford yang gagal memimpin dunia otomotif lantaran ia tidak mau berubah, seperti yang dilukiskan dalam biografi Robert Lacy yang laris, Ford: The Man and the Machine. Lacy mengatakan Ford adalah orang yang begitu mencintai mobil model T yang diciptakannya sehingga ia tidak mau mengubah satu baut pun pada mobil itu. Dia bahkan mendepak William Knudsen, karena Knudsen berpikir dia melihat kemerosotan Model T.

Itu terjadi tahun 1912, ketika Model T baru berumur empat tahun dan sedang berada di puncak popularitasnya. Saat itu Ford baru saja kembali dari perjalanan pesiar di Eropa, dan dia pergi ke garasi Highland Park, Michigan, dan melihat rancangan baru yang diciptakan Knudsen.

Para montir yang ada di sana mencatat bagaimana Ford sesaat menjadi mata gelap. Dia memandangi kilatan cat merah pada versi Model T yang rendah yang dianggapnya sebagai versi yang buruk dari rancangan Model T yang disayanginya. “Ford memasukkan tangan ke dalam sakunya, dan dia berjalan mengelilingi mobil tiga atau empat kali,” kata para saksi mata menceritakan. “Itu adalah mobil empat pintu, dan atapnya diturunkan. Akhirnya, dia pergi ke sisi kiri mobil, dan dia mengeluarkan tangannya, memegang pintu, dan gubrak! Dia merenggutkan pintu sampai copot! … Bagaimana orang itu melakukannya, saya tidak tahu! Dia melompat masuk, dan gubrak! Copot pula pintu lainnya. Hancurlah kaca depan. Dia melompat ke jok belakang dan mulai memukuli atap. Dia merobek atap dengan tumit sepatunya. Dia menghancurkan mobil sebisa-bisanya.”

Knudsen keluar dan pergi ke General Motors. Henry Ford terus memelihara Model T. Tetapi perubahan desain dalam model pesaing membuatnya menjadi lebih kuno daripada yang diakuinya. Kendati General Motor mengancam akan mendahului Ford, sang pencipta tetap menginginkan kehidupan membeku di tempatnya.

Nasehat harus objektif  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

Anda tentu merasa senang jika ada seseorang atau kerabat dekat yang meminta nasihat pada Anda, terlebih lagi nasihat itu ternyata membawa efek positif pada orang yang meminta nasihat. Tapi sadarkah kita, bahwa ada banyak situasi yang di dalamnya tidak bijaksana jika kita memberikan nasihat?

Jika Anda seorang guru, sebaiknya Anda memberikan nasihat pada murid yang bertanya mengenai hal-hal yang akan dihadapi si murid dalam menghadapi ujian. Atau Anda berprofesi sebagai dokter, tentu Anda akan memberikan nasihat kepada pasien demi kesehatannya. Juga bila Anda seorang manajer yang mengetahui ada seseorang atau beberapa bawahan melakukan tindakan yang berdampak negatif, maka Anda bertanggung jawab untuk memberikan nasihat. Hal ini merupakan contoh dari banyaknya situasi di mana Anda sebaiknya memberikan nasihat.

Tapi kita sering menemui banyak situasi di mana sebaiknya kita tidak memberikan nasihat, karena justru nasihat itu tidak akan berdampak positif, apalagi jika yang meminta nasihat adalah “orang-orang dekat” kita. Karena ada tiga pandangan penting yang wajib kita sadari sebelum memberikan nasihat. Ketiga hal tersebut adalah:

Pertama, nasihat yang Anda berikan bisa jadi cocok dengan diri Anda, tetapi tidak untuk orang lain, sehingga orang lain boleh saja menolak, mungkin menerima tapi tidak akan dilaksanakan atau orang tersebut tidak mampu melaksanakan nasihat yang Anda berikan. Intinya orang tersebut akan merasa tidak enak, karena setelah berbicara dan meminta nasihat Anda, ternyata dia menolak nasihat Anda.

Kedua, nasihat Anda diterima dan dijalankan bahkan menuai sukses. Anda tentu merasa senang, tetapi hal ini juga berbahaya. Orang tersebut akan mempercayai dan menganggap Anda orang pintar atau bijak dan pantas dijadikan sebagai tempat mengonsultasikan segala masalah. Ini berarti Anda telah menghilangkan rasa percaya diri orang tersebut untuk membuat keputusan berdasarkan kemampuan diri sendiri. Di samping itu Anda juga akan kehilangan banyak waktu, karena di setiap saat banyak digunakan untuk meladeni orang tersebut.

Ketiga, nasihat Anda dijalankan namun menuai hasil negatif, mungkin hal ini akan membuat orang tersebut marah pada Anda. Lebih berbahaya lagi jika orang ini menyebarkan berita mengenai alasannya terpuruk gagal karena menjalankan nasihat yang Anda berikan.

Kenali batas kemampuan diri Anda
Sebaiknya kita sadar, bahwa orang yang meminta nasihat dikarenakan mereka memercayai kita. Jadi sudah sepatutnya kita mewaspadai, jangan sampai nasihat yang kita berikan akan berdampak buruk, terutama hilangnya kepercayaan dari orang yang meminta nasihat, di mana notabene adalah orang-orang yang dekat bahkan mungkin dia adalah sahabat kita.

Disarankan agar Anda segera meresponnya dengan menjelaskan apa yang baik, bukan baik bagi Anda. Mungkin Anda pernah menjumpai situasi di mana seseorang meminta nasihat Anda dengan mengatakan, “Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan? Jika Anda jadi saya, apa yang akan Anda lakukan?” Anda bisa menjawabnya, contoh:

“Menurut saya, yang terpenting lakukanlah apa yang baik bagimu, dan sekarang mungkin kamu punya beberapa alternatif solusinya?” Tetapi kalau dalam pemberian nasehat saya sarankan supaya objektif. Anda harus bisa memberikan nasehat. Sebab jika anda tidak bisa memberi nasehat gimana nanti anda memanage kerajaan bisnis Anda. Tetapi anda juga harus siap untuk dikritik.

Kalau kita sudah dapat menasehati orang lain, maka kita harus bisa dinasehati oleh orang lain juga. Take and give informasi gitu lho. Memang paling gampang untuk menasehati orang lain. Tapi untuk menasehati diri sendiri itu sulit. Ok...Wujudkan impian Anda jadi kenyataan.

Kepribadian Seorang Entrepreneur  

Posted by Pebisnis Sejati in ,

1. The Improver

Anda memiliki kepribadian ini jika Anda menjalankan bisnis dengan menonjolkan gaya improver alias ingin selalu memperbaiki. Anda menggunakan perusahaan Anda untuk ‘memperbaiki dunia’. Improver memiliki kemampuan yang kokoh dalam menjalankan bisnis. Mereka juga memiliki intergritas dan etika yang tinggi.
Personality Alert: Waspadai sifat Anda yang cenderung menjadi perfeksionis dan terlalu kritis terhadap karyawan dan pelanggan Anda. Contoh Entrepreneur: Anita Roddick, pendiri The Body Shop.

2. The Advisor
Tipe kepribadian pebisnis seperti ini bersedia memberikan bantuan dan saran tingkat tinggi bagi para pelanggannya. Motto dari advisor ini yaitu pelanggan adalah benar dan kita harus melakukan apa saja untuk menyenangkan mereka.
Personality Alert: Seorang advisor bisa jadi terlalu fokus pada kebutuhan bisnis mereka dan pelanggan, sehingga cenderung mengabaikan kebutuhan mereka sendiri dan bisa-bisa malah cape hati sendiri. Contoh Entrepreneur: John W. Nordstrom, pendiri Nordstorm.

3. The Superstar
Inilah bisnis yang pusatnya dikelilingi oleh karisma dan energi tinggi dari Sang CEO Superstar. Pebisnis dengan kepribadian seperti ini biasanya membangun bisnis mereka dengan personal brand mereka sendiri.
Personality Alert: Pebisnis dengan tipe ini bisa menjadi terlalu kompetitif dan workaholics.
Contoh Entrepreneur: Donald Trump, CEO Trump Hotels & Casino Resorts.

4. The Artist
Kepribadian pebisnis seperti ini biasanya senang menyendiri tapi memiliki kreativitas yang tinggi. Mereka biasanya sering kali ditemukan di bisnis yang membutuhkan kreativitas seperti
pada perusahaan agen periklanan, web design, dll.
Personality Alert: Pebisnis tipe ini bisa jadi terlalu sensitif terhadap respon pelanggan Anda, walaupun kritik dari mereka bersifat membangun. Contoh Entrepreneur: Scott Adams, pendiri dan penggagas Dilbert.

5. The Visionary
Sebuah bisnis yang dibangun oleh seorang visioner biasanya berdasarkan visi masa depan dan pemikiran pendirinya. Anda memiliki keingintahuan yang tinggi untuk mengerti dunia di sekeliling Anda dan akan membuat rencana untuk menghindari segala macam rintangan.
Personality Alert: Seorang visioner bisa jadi terlalu fokus pada mimpi mereka dan kurang berpijak pada realitas. Dan jangan lupa, menyertai visi Anda dengan melakukan tindakan nyata. Contoh Entrepreneur: Bill Gates, pendiri MicroSoft Inc.

6. The Analyst
Jika Anda menjalankan bisnis sebagai seorang analis, perusahaan Anda biasanya memfokuskan pada penyelesaian masalah dalam suatu cara sistematis. Seringkali berbasis pada ilmu pengetahuan, keahlian teknis atau komputer, seorang analis perusahaan biasanya hebat dalam memecahkan masalah.
Personality Alert: Hati-hati dengan kelumpuhan analisa. Bekerjalah dengan mempercayai orang lain. Contoh Entrepreneur: Gordon Moore, pendiri Intel.

7. The Fireball
Sebuah bisnis yang dimiliki oleh si ‘Bola Api’ ini biasanya dioperasikan dengan penuh hidup, energi dan optimisme. Pelanggan merasa perusahaan Anda dijalankan dengan tingkah laku yang fun.
Personality Alert: Anda bisa jadi berkomitmen yang berlebihan terhadap tim Anda dan bertingkah laku terlalu impulsif. Seimbangkan keimpulsivan Anda dengan rencana bisnis. Contoh Entrepreneur: Malcolm Forbes, penerbit dan pendiri Forbes Magazine.

8. The Hero
Anda memiliki kemauan dan kemampuan yang luar biasa dalam memimpin dunia dan bisnis Anda melalui segala macam tantangan. Anda adalah inti dari kewirausahaaan dan bisa mengumpulkan banyak perusahaan besar.
Personality Alert: Terlalu mengumbar janji dan menggunakan taktik kekuatan penuh untuk mendapatkan sesuatu dengan cara Anda tidak akan berhasil dalam jangka waktu panjang. Untuk
menjadi sukses, percayailah keterampilan kepemimpinan Anda untuk menolong orang lain menemukan jalan mereka. Contoh Entrepreneur: Jack Welch, CEO GE.

9. The Healer
Jika Anda adalah seorang ‘penyembuh’, Anda bersifat pengasuh dan penjaga keharmonisan dalam bisnis Anda. Anda memiliki kemampuan bertahan yang luar biasa dan keteguhan disertai dengan ketenangan dari dalam.
Personality Alert: Karena sifat perhatian Anda dan ‘kepenyembuhan’ Anda dalam menjalankan bisnis, Anda bisa jadi menghindari realitas di luar sana dan selalu terlalu berharap. Gunakan skenario perencanaan untuk persiapan datangnya masalah. Contoh Entrepreneur: Ben Cohen, salah satu pendiri Ben & Jerry’s Ice Cream.

Cerita-cerita  

Posted by Pebisnis Sejati in , , ,

Pada era tahun 70-an seorang pebisnis tidak pernah dipandu, atau belajar tentang konsep bisnis yang baik dan benar. Tetapi semua berdasarkan pengalaman. Dan pengalaman lah yang membuat bisnis saya sampai sekarang ini tetap exist. Langkah awal yang saya tempuh dahulu adalah tidak memikirkan untung atau ruginya suatu usaha. Yang penting saya mau melakukannya. Sebab setiap segala jenis usaha yang kita pikirkan dan pertimbangkan kalau tidak dijalankan ya sia-sia. Semua itu tergantung dari kitanya bukan orang lain. Bukan saudara atau kerabat, handai tolan atau pun tetangga, orang-orang yang tinggal disekitar kita. Tidak lain dan tidak bukan adalah tergantung dari diri kita sendiri.

Tidak ada suatu usaha bisa berjalan dengan dipikirkan tetapi semuanya pasti harus dijalankan. Kalau kita berpikir tentang konsep bisnis tetapi tidak menjalankan atau berbuat apa-apa yang kita pikirkan itu sama saja sia-sia. Sama saja dengan pungguk merindukan bulan. Kita jangan melihat sesuatu yang terjadi sekarang ini tetapi kita harus melihat kebelakang, apa yang telah dilakukan dan dikerjakan oleh seseorang selama 1 detik, 1 menit, 1 jam, 1 hari, 1 bulan, 1 tahun, 5 tahun bahkan 10 tahun orang tersebut. Dari situ lah kita temukan pembanding, apa yang telah kita perbuat dan orang lain telah melakukan seperti apa. Makanya saya selalu melihat ke depan tetapi tidak tertutup kemungkinan saya juga pasti lihat kebelakang. Seberapa banyak yang sudah saya lakukan dan orang lain lakukan. Dari situ bisa kita tarik kesimpulan dan kita pikirkan lalu kita jalankan. Segala sesuatu itu butuh proses tidak ada yang langsung instan langsung jadi.

Semua itu butuh proses, proses, proses. Setelah proses baru kita bisa melihat berhasil atau gagal. Ok...terima kasih itu lah cerita-cerita dari saya sebelum saya berikan tips-tips tentang keberhasilan usaha dari yang saya lakukan.

Well Come  

Posted by Pebisnis Sejati in

Selamat Datang di website saya ini. Disini saya akan bercerita tentang kerajaan bisnis saya. Yang telah saya rancang dan jalankan sehingga bisnis saya berjalan tetap langgeng sampai sekarang ini. Ditengah gonjang-ganjeng krisis ekonomi sekarang ini.




Terima Kasih


Abdul Purba